Survey

Tuesday, August 30, 2016

Diam, Setelah Sadar Dirinya Sendiri Ahli Bid’ah

Beberapa hari lalu saya shalat Subuh di salah satu masjid di Jakarta Barat. Seperti biasanya, setelah shalat, sang imam memberikan kultum dari atas mimbar. Dari bisikan teman sebelah saya, yang bertindak sebagai imam dan penceramah saat itu adalah orang nomor dua di masjid, sebut saja namanya Pak al-Atsari. Dan poin utama ceramahnya, doa malam Lailatul Qadar yang sesuai sunnah adalah “Allahumma inna-Ka ‘Afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni” dan menambahnya dengan kata-kata lain adalah bid’ah, seperti “Allahumma inna-Ka ‘Afuwwun [Kariim] tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni [Ya Kariim]”. Dan menurutnya, orang yang menambah demikian adalah merasa lebih pintar dari Rasulullah SAW.. Suasana pun hening, nampak banyak jamaah yang mengerenyitkan dahi. Ada yang percaya dengan perkataannya ada yang menyimpan protes di dalam hatinya, termasuk saya.

Setelah ceramah usai, beberapa pengurus senior masjid kumpul dengan duduk melingkar untuk rapat. Bukan soal isi ceramah tadi yang dibahas, namun soal usulan beberapa jamaah masjid agar di sela-sela shalat taraweh diselingi dengan doa sebagaimana masjid-masjid di Jakarta lainnya. Dan usulan kedua, agar dilakukan doa witir karena dari malam 15 hingga melewati malam 20-an para imam tidak kunjung melakukan qunut. Pak al-Atsari dengan semangat Al-Quran Sunnah-nya menolak usulan doa di sela-sela tarawih, dan menerima doa qunut witir. Penolakannya tak lain karena menganggapnya bid’ah.
Takmir/imam pertama, yang paling senior di masjid itu sebenarnya setuju dan yang lainnya juga setuju ada doa di sela-sela shalat tarawih. Namun uniknya, satu suara Pak al-Atsari ini seakan menghilangkan nyali yang lain. Selain karena jenggotnya, juga karena nada suaranya lebih tinggi daripada yang lain. Dan ketika moderator rapat meminta pertimbangan yang lain, darah muda saya pun langsung mendidih. Yang semula tidak ingin berkomentar, akhirnya ‘terpaksa’ untuk berkomentar di tengah orang-orang yang sebagiannya belum saya kenal itu. Tentu saja target saya adalah Pak al-Atsari yang sejak awal sudah tergambar dalam benak saya adalah sosok yang merasa paling tahu syariat itu.
Akhirnya saya pun mulai bicara:
“Mohon maaf bapak-bapak sekalian.”
“Iya silakan,” Bapak moderator mempersilakan.
“Begini bapak-bapak. Doa adalah ibadah yang fleksibel, bisa dilakukan kapan saja. Adanya doa di sela-sela shalat tarawih itu tentu saja boleh dan malah dianjurkan daripada menyia-nyiakan waktu tersebut untuk melamum atau hal-hal yang lain. Itu adalah waktu yang baik untuk berdoa. Dan tidak semua yang tidak dilakukan oleh Nabi SAW. itu dihukumi bid’ah sesat. Di masjid ini saya lihat banyak hal yang tidak dilakukan oleh Nabi SAW. tapi hal itu baik, seperti ceramah agama setiap ba’da Subuh di bulan Ramadhan yang dilakukan oleh Pak al-Atsari barusan. Itu tidak ada tuntunannya dari Nabi SAW., tapi Pak al-Atsari pun melakukannya. Karena mengajar/ceramah itu baik, boleh dimana saja dan kapan saja, tidak ada aturan waktu yang mengikatnya secara khusus.”
Jamaah mulai manggut-manggut, tanda paham bahwa Pak al-Atsari sendiri ternyata ahli bid’ah hehehe…Dan Pak al-Atsari pun mulai terdiam yang pada akhirnya mengatakan: “Ini nanti bisa debat lama.”
Setelah itu, kami pun bubar. Saya kebetulan selama di Jakarta menginap di rumah takmir/orang nomor satu di masjid itu, sehingga diskusi pun berlanjut di rumah beliau dengan beberapa sahabat. Entah berapa jam saya melanjutkan pembicaraan tema bid’ah ini. Tema yang menjadi sumber kegaduhan akhir-akhir ini karena sebagian orang tidak memahaminya dengan benar. Bid’ah itu tidak hanya berlaku pada kasus ‘penambahan’, tapi juga pada kasus ‘pengurangan’. Artinya, jika kita mengaramkan apa yang tidak diharamkan oleh syariat, maka itu berarti kita telah melakukan bid’ah. Karena hakikat bid’ah itu adalah melakukan hal yang bertolak belakang dengan prinsip-prinsip agama, baik itu dilakukan dengan menambah atau mengurangi. Wallahu a’lam. Azka FuadyHelmi ImamiMuhammad Rifqi Arriza Ahmad Ikhwani Zul Ashfi War RaihanAchmad DzulfikarYusuf Syakier Sidi Abdul Halim Alfitri Muhamad Natsir محفوظ علي بيهقيFalih AchsanUmm Aiman Khalil Ma'shum

No comments:

Post a Comment

silakan tinggal komentar atau kirim ke muhammad.akbar288@gmail.com

Total Pageviews